Sabtu, 05 Januari 2013

Gelisah dan takut menghadapi persalinan


A.               GELISAH DAN TAKUT MENGHADAPI PERSALINAN
Saat menghadapi persalinan, terutama untuk wanita yang baru akan memiliki anak pertama merupakan suatu pengalaman baru dan merupakan masa-masa yang sulit bagi seorang wanita. Tidak mengherankan, calon ibu yang akan melahirkan pertama kali diselimuti perasaan takut, panik, dan gugup. Kecemasan yang terjadi pada wanita yang akan memiliki bayi, umumnya disebabkan karena mereka harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan fisik dan psikologis bayi yang banyak menyita waktu, emosi dan energi, sementara itu seorang wanita tetap dibebani untuk mengurus kebutuhan rumah tangga. Pada saat cemas individu akan sangat sulit untuk menyesuaikan diri baik dengan dirinya sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Menjelang persalinan, banyak hal mengkhawatirkan muncul dalam pikiran ibu. Takut bayi cacat, takut harus operasi, takut persalinannya lama, dan sebagainya. Terlebih bila sebelumnya ada teman atau kerabat yang menceritakan pengalaman bersalin mereka, lengkap dengan komentar yang menyeramkan. Alhasil, bukannya tenang, ibu yang hendak melahirkan jadi tambah cemas. Apalagi jika persalinan pertama. “Selain manusia tidak lepas dari rasa khawatir, calon ibu tidak tahu apa yang akan terjadi saat persalinan nanti. Jangankan persalinan pertama, persalinan yang kelima pun masih wajar bila ibu merasa khawatir.”
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecemasan yang dialami berbeda-beda untuk masing-masing individu. Kecemasan menurut Syarif (2002) dikemukakan sebagai penyakit kecemasan yakni merasa sempit dan penyakit ketakutan, yang juga diartikan sebagai perasaan sempit, disertai dengan adanya kelainan pada anggota tubuh dalam melaksanakan fungsinya seperti : detak jantung yang cepat, jiwa merasa sempit, tidak stabilnya alat pencernaan, susunan syaraf dan otot, kacaunya aktivitas pengeluaran dari berbagai kelenjar yang ada di dalam tubuh dan sebagainya. Kecemasan juga mempunyai segi yang disadari seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa dosa atau bersalah, terancam dan sebagainya. Juga ada segi-segi yang terjadi di luar kesadaran atau tidak jelas, seperti orang merasa takut tanpa mengetahui sebabnya ia menjadi takut dan tidak dapat menghindari perasaan yang tidak menyenangkan itu. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya rasa takut, cemas dan gelisah adalah diantaranya berkaitan dengan dukungan dari keluarga dan mertua membuat individu merasa lebih diperhatikan dalam menjalani kehamilan. Selain itu pengalaman pernah atau belum mengalami persalinan juga dapat memicu stress psikologis bagi sang ibu. Misalnya, bagi ibu yang belum pernah melahirkan atau dengan kata lain dia baru akan memiliki anak pertama, dia akan merasa sangat cemas dan khawatir tentang seperti apa persalian itu, apakah sangat menyakitkan, apakah sakitnya nanti lama atau tidak dan tentang kondisi bayinya nanti apakah bayinya sehat dan normal atau tidak. Puncak kekhawatiran muncul bersamaan dengan dimulainya tanda-tanda akan melahirkan. Kontraksi yang lama-kelamaan meningkat menambah beban ibu, sehingga kekhawatiran pun bertambah. Pada kondisi inilah perasaan khawatir, bila tidak ditangani dengan baik, bisa merusak konsentrasi ibu sehingga persalinan yang diperkirakan lancar, berantakan akibat ibu panik.
Kekhawatiran yang teramat sangat pun bisa membuat otot-otot, termasuk otot di jalan lahir, bekerja berlawanan arah, karena dilawan oleh ibu yang kesakitan. Akibatnya, jalan lahir menyempit dan proses persalinan berjalan lebih lama dan sangat menyakitkan. Bahkan bisa sampai terhenti. Pengalaman melahirkan pertama kali memberikan perasaan yang bercampur baur antara bahagia dan penuh harapan dengan kekhawatiran tentang apa yang akan dialami semasa persalinan. Kecemasan tersebut muncul karena bayangan tentang hal-hal yang menakutkan saat proses persalinan, walaupun apa yang dibayangkan belum tentu terjadi. Situasi ini menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik dan psikologis.
Cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya stress psikologis pada diri ibu adalah dengan :
a.       Dari pihak suami
1.      Memberikan perhatian dan dukungan kepada istri selama hamil
2.      Memberikan kasih sayang dan sentuhan hangat kepada istri ketika istri merasa ketidaknyamanan dengan kehamilannya.
3.      Bersedia mengantar dan menemani istri ketika istri ingin memeriksakan atau sekedar berkonsultasi seputar kehamilannya kepada tenaga kesehatan.
b.      Dari pihak keluarga
1.      Membagi pengalaman terutama dari pihak ibu tentang bagaimana persalinan itu, seperti apa rasanya dan seperti apa bangganya seorang ibu dapat melahirkan anak dari rahimnya sendiri.
2.      Memberikan perhatian dengan membawakan kadang-kadang membawakan makanan kepada sang anak tersebut.
c.       Dari pihak tenaga kesehatan
1.      Memberikan penjelasan kepda ibu untuk terus menjaga kehamilannya nanti sampai waktu untuk melahirkan yaitu misalnya dengan makan-makanan yang bergizi dan melakukan olahraga setiap harinya dengan berjalan-jalan pada waktu pagi hari.
2.      Memberikan pengertian mengenai tanda-tanda persalinan atau kelahiran dan bagaimana nanti jalannya persalinan.
    1. Memberitahukan pentingnya religiusitas bagi wanita hamil yang mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan. Karena menurut Meichati (1983) mengemukakan kehidupan beragama dapat memberikan bantuan moral dalam menghadapi krisis serta menimbulkan sikap rela menerima kenyataan sebagaimana yang telah digariskan Tuhan. Penyelesaian masalah hidup melalui keagamaan akan meningkatkan kehidupan ke nilai spiritual sehingga memperoleh keseimbangan mental. Agama juga dapat mempengaruhi kepribadian dan memberikan jalan untuk mendapatkan rasa aman, tidak takut atau cemas, gelisah dalam menghadapi persoalan hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar