A.
GELISAH DAN TAKUT MENGHADAPI PERSALINAN
Saat menghadapi persalinan, terutama untuk wanita yang
baru akan memiliki anak pertama merupakan suatu pengalaman baru dan merupakan
masa-masa yang sulit bagi seorang wanita. Tidak mengherankan, calon ibu yang
akan melahirkan pertama kali diselimuti perasaan takut, panik, dan gugup.
Kecemasan yang terjadi pada wanita yang akan memiliki bayi, umumnya disebabkan
karena mereka harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan fisik dan psikologis
bayi yang banyak menyita waktu, emosi dan energi, sementara itu seorang wanita
tetap dibebani untuk mengurus kebutuhan rumah tangga. Pada saat cemas individu akan
sangat sulit untuk menyesuaikan diri baik dengan dirinya sendiri, orang lain,
maupun lingkungan. Menjelang persalinan, banyak hal mengkhawatirkan muncul
dalam pikiran ibu. Takut bayi cacat, takut harus operasi, takut persalinannya
lama, dan sebagainya. Terlebih bila sebelumnya ada teman atau kerabat yang
menceritakan pengalaman bersalin mereka, lengkap dengan komentar yang
menyeramkan. Alhasil, bukannya tenang, ibu yang hendak melahirkan jadi tambah
cemas. Apalagi jika persalinan pertama. “Selain manusia tidak lepas dari rasa
khawatir, calon ibu tidak tahu apa yang akan terjadi saat persalinan nanti.
Jangankan persalinan pertama, persalinan yang kelima pun masih wajar bila ibu
merasa khawatir.”
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
kecemasan yang dialami berbeda-beda untuk masing-masing individu. Kecemasan
menurut Syarif (2002) dikemukakan sebagai penyakit kecemasan yakni merasa
sempit dan penyakit ketakutan, yang juga diartikan sebagai perasaan sempit,
disertai dengan adanya kelainan pada anggota tubuh dalam melaksanakan fungsinya
seperti : detak jantung yang cepat, jiwa merasa sempit, tidak stabilnya alat
pencernaan, susunan syaraf dan otot, kacaunya aktivitas pengeluaran dari
berbagai kelenjar yang ada di dalam tubuh dan sebagainya. Kecemasan juga
mempunyai segi yang disadari seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa
dosa atau bersalah, terancam dan sebagainya. Juga ada segi-segi yang terjadi di
luar kesadaran atau tidak jelas, seperti orang merasa takut tanpa mengetahui
sebabnya ia menjadi takut dan tidak dapat menghindari perasaan yang tidak
menyenangkan itu. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya rasa takut, cemas
dan gelisah adalah diantaranya berkaitan dengan dukungan dari keluarga dan
mertua membuat individu merasa lebih diperhatikan dalam menjalani kehamilan.
Selain itu pengalaman pernah atau belum mengalami persalinan juga dapat memicu
stress psikologis bagi sang ibu. Misalnya, bagi ibu yang belum pernah
melahirkan atau dengan kata lain dia baru akan memiliki anak pertama, dia akan
merasa sangat cemas dan khawatir tentang seperti apa persalian itu, apakah
sangat menyakitkan, apakah sakitnya nanti lama atau tidak dan tentang kondisi
bayinya nanti apakah bayinya sehat dan normal atau tidak. Puncak kekhawatiran
muncul bersamaan dengan dimulainya tanda-tanda akan melahirkan. Kontraksi yang
lama-kelamaan meningkat menambah beban ibu, sehingga kekhawatiran pun
bertambah. Pada kondisi inilah perasaan khawatir, bila tidak ditangani dengan
baik, bisa merusak konsentrasi ibu sehingga persalinan yang diperkirakan
lancar, berantakan akibat ibu panik.
Kekhawatiran yang teramat sangat pun bisa membuat
otot-otot, termasuk otot di jalan lahir, bekerja berlawanan arah, karena
dilawan oleh ibu yang kesakitan. Akibatnya, jalan lahir menyempit dan proses
persalinan berjalan lebih lama dan sangat menyakitkan. Bahkan bisa sampai
terhenti. Pengalaman melahirkan pertama kali memberikan perasaan yang bercampur
baur antara bahagia dan penuh harapan dengan kekhawatiran tentang apa yang akan
dialami semasa persalinan. Kecemasan tersebut muncul karena bayangan tentang
hal-hal yang menakutkan saat proses persalinan, walaupun apa yang dibayangkan
belum tentu terjadi. Situasi ini menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya
fisik dan psikologis.
Cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir
terjadinya stress psikologis pada diri ibu adalah dengan :
a.
Dari pihak
suami
1. Memberikan
perhatian dan dukungan kepada istri selama hamil
2. Memberikan
kasih sayang dan sentuhan hangat kepada istri ketika istri merasa
ketidaknyamanan dengan kehamilannya.
3. Bersedia
mengantar dan menemani istri ketika istri ingin memeriksakan atau sekedar
berkonsultasi seputar kehamilannya kepada tenaga kesehatan.
b. Dari pihak
keluarga
1. Membagi
pengalaman terutama dari pihak ibu tentang bagaimana persalinan itu, seperti
apa rasanya dan seperti apa bangganya seorang ibu dapat melahirkan anak dari
rahimnya sendiri.
2. Memberikan
perhatian dengan membawakan kadang-kadang membawakan makanan kepada sang anak tersebut.
c.
Dari pihak
tenaga kesehatan
1. Memberikan
penjelasan kepda ibu untuk terus menjaga kehamilannya nanti sampai waktu untuk
melahirkan yaitu misalnya dengan makan-makanan yang bergizi dan melakukan
olahraga setiap harinya dengan berjalan-jalan pada waktu pagi hari.
2. Memberikan
pengertian mengenai tanda-tanda persalinan atau kelahiran dan bagaimana nanti
jalannya persalinan.
- Memberitahukan
pentingnya religiusitas bagi wanita hamil yang mengalami kecemasan dalam
menghadapi persalinan. Karena menurut Meichati (1983) mengemukakan
kehidupan beragama dapat memberikan bantuan moral dalam menghadapi krisis
serta menimbulkan sikap rela menerima kenyataan sebagaimana yang telah
digariskan Tuhan. Penyelesaian masalah hidup melalui keagamaan akan
meningkatkan kehidupan ke nilai spiritual sehingga memperoleh
keseimbangan mental. Agama juga dapat mempengaruhi kepribadian dan
memberikan jalan untuk mendapatkan rasa aman, tidak takut atau cemas,
gelisah dalam menghadapi persoalan hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar